Sastra dan Keberanian Menangkap yang Tersembunyi
Bersastra adalah soal keberanian, berani mengutarakan apa yang luput dari pengindraan orang-orang. (Fadly Fahry S. Wally) Dalam rimba kehidupan yang hiruk-pikuk ini, di mana setiap orang sibuk dengan mata yang melihat tetapi tak menatap, dengan telinga yang mendengar tetapi tak mendengarkan, sastrawan muncul sebagai saksi yang memberanikan diri merekam getaran-getaran halus yang terlewat. Mereka adalah penyelam ke dasar lautan kesadaran kolektif, mengangkat mutiara-mutiara kebenaran yang tenggelam di bawah permukaan realitas sehari-hari yang dangkal. Keberanian ini bukanlah soal gagah berani secara fisik, melainkan keberanian mental dan spiritual untuk menghadapi kegelapan—baik di dalam diri maupun di luar sana, dalam masyarakat yang kerap lebih memilih kenyamanan bisu daripada kejujuran yang menusuk. Sejak zaman Pujangga Baru hingga era digital ini, sastrawan Indonesia telah membuktikan bahwa menulis adalah tindakan perlawanan, bukan dengan pedang atau senapan, tetapi denga...









