Art, From Heart to Heart
Fadly Fahry S. Wally
Tidakkah kau berpikir bahwa apa yang
ditampilkan dalam seni adalah sebuah kehidupan yang ideal? Maksudku, cobalah
pahami mengapa tiap karya seni begitu mengagumkan. Misalnya ketika sebuah
alunan lagu mampu menetramkan hati yang sedang gelisah, atau ketika sebuah film
mampu menguras air mata seseorang. Tidakkah kau merasa bahwa ternyata alam idea
yang diimplementasikann lewat seni jauh lebih berharga daripada ide yang
dilakukan di dunia nyata, dalam keseharian. Dalam hal ini, kita membatasi
antara dunia seni yang merupakan dunia karya yang ‘menampilkan’ ide sebagai
sebuah replika kehidupan nyata dan bukan yang sebenarnya, dengan dunia nyata
yang menampilkan segala realitas-realitas yang menjadi keseharian.
Ilustrasi gambar dari @RobGonsalves . Surealis.
Mengapa seseorang yang sibuk bekerja
sehari-hari akan merasa terhibur hatinya ketika pulang ke rumah lalu menonton
acara-acara yang disiarkan di tv? Bukankah apa yang ditampilkan tv adalah untuk
menyenangkan hati pemirsanya? Contohlah acara tv yang berbau seni seperti
acara-acara yang di setting dengan
tujuan menimbulkan rasa penasaran seseorang untuk menontonnya. Seseorang yang
lelah bekerja seharian akan butuh penenang sebelum tidur, misalnya dengan
mendengar lagu kesukaannya.
Lantas mengapa seni yang hanya replika
kehidupan nyata itu tak bisa benar-benar dihadirkan dalam dunia nyata? Misalnya
drama percintaan yang digandrungi anak muda mampu dihadirkan dalam bentuk
aslinya tanpa perlu dijadikan tonton semata. Bukankah seni mampu mengilhami
seseorang untuk berbuat sesuatu? Seorang aktor yang baik adalah aktor yang
pandai berakting. Memerankan karakter sesuai cerita melalui arahan sutradara.
Lalu apakah dalam kehidupan sehari-hari ia pun seperti itu? Maksudku, apakah
seorang aktor pasti mempunyai karakter dan kepribadian lain yang belum tentu
sama dengan yang ia perankan di film-film. Pertanyaannya, mengapa ia harus
dikatakan baik hanya karena ia seorang aktor yang pandai berakting? Mengapa ia
tak menjadi ‘baik’ dalam kehidupan sehari-harinya tanpa melihat naskah dan
arahan sutradara. Ia memiliki kehidupan nyata yang tak perlu disandiwarakan.
Apakah ia hanya pandai berakting di dalam film, tapi tak pandai hidup secara
baik di dunia nyata?
Contoh sederhananya lagi adalah para
sastrawan. Novelis mampu membuat cerita yang indah dan digemari pecintanya,
tetapi apakah kehidupan novelis serupa dengan apa yang ia tulis? Pujangga
pandai merangkai kata-kata yang mampu menyentuh hati siapa saja, apakah dalam
kehidupannya pun seperti itu? Apalagi para sastrawan romantis yang dalam tiap
tulisannya memuja-muji sang kekasih hati, tidakkah ada yang berpikir bahwa ia se-berani
apa yang ia tulis? Ketika menuliskan “Aku mencintaimu...”, apakah tulisan itu
sudah benar-benar ia sampaikan kepada sang pujaan hati? Bahkan lebih banyak
pujangga menulis itu karena ketidakmampuan untuk jujur dan terbuka secara
langsung mengakui isi hatinya. Kalaupun ada, puisi yang ia tulis tak serta
merta diserahkan kepada orang yang dimaksudkan, tetapi disimpan terlebih dahulu
sembari mengumpulkan keberaniannya yang sesungguhnya.
Seorang musisi bahkan ‘berbicara’
lewat lagu dan iringan musiknya. Seakan suara, gitar, piano dan lain sebagainya
adalah mulutnya. Seorang pelukis lebih ekstrem lagi, menyampaikan isi hati
melalui lukisan. Seni yang paling diam. Tapi toh, apapun jenis seninya, orang
awam pun akan tetap ikut larut dalam tiap pesan yang terselip di dalamnya.
Pesan yang tak bisa diadakan secara langsung di dunia nyata.
Sekali lagi, seni adalah sesuatu
yang berasal dari hati dan akan sampai ke hati pula. Sekalipun seni tak menjadi
realita dalam keseharian, seni tetap setia hadir bagi setiap orang yang
mencintainya dan yang membutuhkannya. Seperti lapar yang butuh makan, seperti
gelisah yang butuh sandaran, seperti bahagia yang butuh dekapan. Seni hadir
melengkapi realitas sosial masyarakat tanpa memandang latar belakang keluarga,
pekerjaan maupun budaya seseorang.
Karena hidup adalah berusaha untuk
tidak pernah mati. Sebab itulah seniman akan terus berkarya meski waktu
memagari, namun karyanya akan tetap abadi. Amin. Panjang umur perjuangan!



Komentar
Posting Komentar