Menakar Realitas
Sebuah percakapan via SMS bersama seorang kawan, Yudha R.N.Poniran.
6 Mei 2011-
Fadly : -catatan singkat-
..melihat,
membandingkan, merenungkan.~”~ Yang muda, yang pelajar, tidak berkembang secuilpun.
Makin
mundur saja
Akhlak,
moral, merosot.
Apa
yang salah ya?
-tekonolgi
komunikasi-
-dunia
luar-
-terhasut-
-lupa
orang terdahulu, leluhur-pahlawan-
Jangan
kandaskan kita disini,
Jalan
memanjang, keadaan menuntut
Hidup
untuk maju bukan untuk berpangku tangan
Henti
merayap dan disuap melulu
Seperti
bayi, bayi dalam tabung LPG.
Yang
muda, yang pelajar
Belajarlah,
pada pengalaman, pada leluhur.
(jangan
terlalu berharap cita-cita) sekolah tidak selalu berguna.
Teruskan!-pahlawan tentu berharap di alam sana-
…salam
terselubung putih abu-abu…
__________
Yudha : Salahnya generasi jaman sekarang
Terlalu
BANYAK berteman dengan namanya “KEMALASAN”.
Terlalu
banyak berharapnya
Ketimbang
mewujudkannya.
-RADIKAL
PUTIH-ABU2-
Fadly : (betul bro)
“Waktu
berjalan makin cepat, Manusia
yang semakin lambat”.
Yudha : Yang mudah dibikin susah..
Yang
benar dibilang salah..
Demi
masa,
Sesungguhnya
manusia akan binasa …
Fadly : Dan tinggal nama,
Tinggal
dikenang, tanpa tanda mata, tanpa jasa,
Hidup
sekian waktu, terbilang sia-sia …
Yudha : Kesempatan diabaikan begitu saja..
Sementara
kegagalan yang menjadi tujuannya…
Sesungguhnya
manusia itu dalam keadaan merugi.
Fadly : Setengah hati untuk menjalankan sesuatu
Fadly : Setengah hati untuk menjalankan sesuatu
Bahkan
dimulaipun tanpa niat tulus membantu..
Ibadah
saja butuh niat . .
Karena
segala cahaya berawal dan berpuncak padaNya…
Kita
masih ‘hijau’
Benar
adanya kalimat itu,
Manusia jauh dari sempurna’…
Yudha : *sebagian
teks hilang dan salah arah*
Fadly : Lahir dan mati di dunia,
Tidak
berkesan lagi karena pemikiran hanya tertuju pada
Hal
yang melenceng dari tuntunan Illahi…
Yudha : Diciptakan dari tanah,
Selalu
“MENYERAH, DAN PATAH” sebelum mencoba
“MELANGKAH
dan tentukan ARAH”..
Jauh
dari yang namanya sempurna..
Hanya
bisa berbuat semena-mena..
Tak
heran mereka begitu hina…
Tak
heran mereka “menghina” dan juga “dihina”. . .
Fadly : Telusuri saja pada intinya,
Penghidupan
tak lantas ialah anugrah
Pilihan
di depan tumpang – tindih tak sejajar,
Memilih
hingga habis pilihan tak tercari,
Mencari
dan tercuri jarum ditumpukkan jerami,
Bertanya?
HAM? Dimana?
Keadilan…siapakan?
apa?
Masih
perlu merayapdan tersuapi seperti bayi..
Bayi
dalam tabung LPG….
Yudha : Disuruh lakukan apa saja mau…
Memang
sudah tak punya malu..
Harga
diri layaknya barang obralan..
Di
jual seperak tak jadi masalah..
Asalkan
perut tak lagi bernyanyi
“DO-RE-MI-FA-SO-LA-PARR”…
Yudha : Hanya terkenang layaknya api
Yang
telah menjadi abu..
Fadly : Berbicara sampai kekenyangan,
Sembari menguap dan meneguk lagi,
Sembari menguap dan meneguk lagi,
Sampai
berliter air pun takkan hilang dahaga,
Berdiri…,kemudian
Kering..,beterbangan
layaknya angin, rapuh, berdebu…
Yudha : Hanya terkenang layaknya,
Kayu
yang terbakar api
Yang
menjadikan abu..
Fadly : Menyusun kata,
Mengokohkannya
dengan semen dan seteguk air limbah
sisa penggundulan,
sisa penggundulan,
Habis
tinta, tipis kertas pun tidak kan tercurah
Semua
yang mengendap dipikir….
Yudha : Angkat gelasmu kawan…
Mari
kita bersulang
Untuk
menutup kemelut hidup ini…
Cherrzz!!!
Fadly : Bolehlah bersulang dan minum bir,,
Asalkan
jangan memabukkan diri,
Sudah
terlalu mabuk kita sekarang ini…
Yudha : Alam semesta, menerima perlakuan
sia-sia..
Diracuni
jalan napasnya
Diperkosa
kesuburannya.
Fadly : Pada hakikatnya,,
Alam
telah teracuni,
Sebab,
kimia dan fisika
Menjungkir-balikkan
pemikiran apatis…
Lariii
. . . bom atom merambahhh negerii …
Yudha : Tutup lubang, gali lubang
Falsafah
hidup jaman sekarang.
Yudha : Persoalan hidup kalau diikuti tak ada
habisya,
Soal
lama pergi, soal baru datang.
Fadly : Gali lalu tutup setengah rapat,
Mari
menyembunyikan rahasia…
Bongkar
lalu bakar carik-carik rahasia,
Sepengetahuan,
rahasia percuma,..
Yudha : Hukum alam
Berjalan
menggilas ludah,
Hukum
Tuhan katakan “Sabar”!
Fadly : Soal dijawab menggunakan rumus,
Salah
satuan soal rumit menyarung kembali,..
Rumit…!
Fadly : Ketimpangan terjadi,
Tuhan
dan alam tidak seimbang,
Tidak
sependapat…umat bimbang…,
Tanya
lagi….?
Yudha : Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita
beli?
Sampai
nanti, sampai habis terjual harga diri
Fadly : Bertanya…,lalu menjawab sendiri,
Dunia
milik umat bukan milik insan,,,
Ribuan
nyawa masih meminta pertanggungjawaban..,
Pada
siapa?
1
– 1 bergantung, tak tahu pada tiang yang mana….
Yudha : Rumit..memang!
Diajar
malah jadi kurang ajar..
Semakin
brutal dan fatal saja semua ini..
Yudha : Jangan cuma bisa bergantung,
Lama
kelamaan akan digantung!!!!!
Fadly : Karena kebrutalan itulah,
Fadly : Karena kebrutalan itulah,
Penjara
di dunia tidak sepi..,
Semua
punya giliran masing-masing….
Fadly : Digantung pun bila kering,
Bila
masih tetap basah,
Dibakar
saja baiknya….
Komentar
Posting Komentar