TOLERIR
Mozaik-mozaik lampau...
(Dari buku Antologi Puisi dan Prosa: Menulis Ingatan, 2021)
Kalau aku meragukanmu, aku sudah mundur sejak lama. Tapi nyatanya tidak. Kita hanyalah sepasang 'kagum' yang tidak berani maju namun menolak untuk mundur. Stagnan di kedalaman hati masing-masing.
Aku tak mengerti pada diammu yang lahir dari pelarian berkepanjangan. Yang terbentuk dari rangkaian gelisah tak berkesudahan. Yang tumbuh dari ketidakmampuan diri memahami dan menerima kenyataan yang datang bertubi-tubi, bahwa: kamu telah kalah dalam permainan petak umpet sembunyi rasa. Aku menemukanmu berulangkali hingga pelarianmu hanya berakhir pada lelah tanpa makna dan tak lagi istimewa.
Bangkitlah, lalu bicara jujur. Agar luka hati tak merembes di jantung dan paru-paru. Aku menunggu.
Bagaimana bila aku benar-benar lelah, lalu menyerah. Sekian waktu terjaga, mengagumimu seorang diri. Aku akan mencapai batasku, suatu saat. Aku akan menanggalkan jubah sepiku kemudian mencoba mencari selimut tebal yang lebih bisa –lebih nyata– menghangati aku, daripada bercarik kertas biru yang bertumpuk sunyi.
Pada titik jenuh yang tak bisa ditolerir, aku mungkin akan berhenti menulis apapun. Suatu saat lelahku mengajakku beristirahat. Dari perjudian panjang memenangkan hati yang−entah−ditakdirkan jadi kepunyaanku. Kamu tahu, kembara terlamaku adalah memuisikanmu. Bahkan menjadi musafir di gurun hatiku sendiri. Yang selama itu, padang jiwamu sedang membangun tembok-tembok tinggi dan pagar berkawat duri hanya untuk menggugurkan semi juangku. Aku tak mengapa, sedikit pun tak berduka. Hanya saja, kamu tahu, tembok dan pagar berkawat duri telah memenjaraimu. Dari isi hatimu sendiri.
Suatu saat dunia akan tahu "siapa kamu", seseorang di balik ribuan puisiku. Memendam rahasia tak selamanya kekal di jiwa, sebab rasa penasaran manusia akan mencoba mengendus bau rahasia itu. Penambang akan mencari emas di setiap tempat potensial. Pun rahasia dari manusia akan digali oleh para sesamanya, para penganut rasa penasaran. Sampai saat itu terjadi, aku tak lagi bisa melindungimu, menyembunyikanmu. Yang tanda tanya akan menemu jawabnya.
Fadly Fahry S Wally
Komentar
Posting Komentar