PASAL-PASAL RINDU
Menulis Ingatan, 2021
Fadly Fahry S Wally
I
Hujan yang turun, aku terjebak di genangan.
Rindu mengurung, kita terbelalak dalam kenangan.
Astaga.
II
Rindu membelah aku segala sudut.
Menguliti tiap jengkal sepi.
Menggerogoti tiap lapis kesendirian.
Aku pasrah.
III
Rindu itu rerumputan.
Kau tinggalkan bermusim-musim kembara,
kau pulang, ia membelantara.
IV
Aku pernah coba membendung rindu,
tapi rindu tumpah membanjiri kertas-kertasku.
V
Aku dingin kau membeku.
Namun ketika bertemu,
kita akhirnya saling mengaku:
diam-diam ada rindu yang mekar dalam nawaitu.
VI
Aku pernah tidur dengan rindu.
Paginya, rindu mengembun menguliti aliran napasku.
Rindu tak pandai bicara, tak pandai bercerita,
tapi rindu pandai mengambil hati.
Ia ambil hatiku lalu membuih mengudara.
VII
Rindu kita pernah berkejaran sampai lelah.
Berlarian di taman-taman asmara.
Kini kau terkapar, dan aku berlari sendirian.
VIII
Kita berawal sebagai daun, pada sebuah musim semi yang rimbun. Lalu jatuh, terbang, hilang, meninggalkan bekas pijakan di reranting, pada sebuah musim gugur berkepanjangan.
Tapi musim dingin sudah terlalu lama membuat kita kaku. Sungguh, mati beku kita oleh rindu.
IX
Sebelum hari berakhir, aku berharap esok matahari yang sama masih akan menyinari rindu kita.
Lalu pagi menghangatinya.
X
Aku mengamatimu dari kejauhan,
tahu-tahu rindu kita berpapasan dalam perjalanannya.
Kita memang tak pandai menyembunyirapatkan perasaan.
XI
Bisa apa engkau
kalau rindu sudah menangkap basah gelisahmu?
Akupun bila lelah menahan sepi,
akan kuuraikan rinduku padamu tanpa spasi.
XII
Suatu saat, aku akan berterus terang padamu meski di langitmu hanya ada gelap dan mendung. Bagaimana pun rindu kita pernah bernaung pada langit yang sama.
XIII
Suatu saat kita akan rindu pada hari ini, pada masa yang kita inginkan cepat berlalu, pada proses yang kita pinta segera selesai, pada orang-orang yang kita harap tidak ada dalam hidup kita, pada konflik batin yang sesungguhnya mendewasakan.
Kita akan rindu pada hal-hal berharga yang terlanjur kita buang, cinta yang tak kita anggap, dan seseorang istimewa yang kehadirannya kita tolak. Suatu saat, ketika kita sadar
banyak hal baik telah disia-siakan.
XIV
Suatu ketika saat waktu lelah mengarak
dan kenangan tumpah ruah:
di sudut sepi di antara keramaian,
kita saling menatap haru.
Tak ada yang paling mendamaikan
selain rindu yang pulang.
Pada tuannya.
XV
Aku tak bisa tidur dengan rindu,
sebab rindu akan jadi mimpi,
dan mimpi lenyap kala pagi.
XVI
Tidakkah kau belajar dari rotasi bukan dan matahari? Keduanya bergantian menjaga bumi, menjadi siang dan malam, menjadi selembar rindu dan sepucuk salam.
XVII
Rindu memelukmu.
Erat. Lekat.
Senyumnya dan air matamu, jadi satu.
Tak ada perpisahan yang meninggalkan luka
Tak ada perjumpaan yang mengkhianati takdir.
Hanya saja, kita terlalu cepat berkesimpulan pada skenario Tuhan terhadap hidup kita.
Komentar
Posting Komentar