EMPAT STANZA PENGAKUAN

Tak ada yang mudah setelah kau meminta pergi.
Ribuan puisi lahir sejak itu. Tanpamu. Tanpa ibu.



Aku putuskan memulai hal baru
Mencoba sesuatu yang baru
Dengan orang yang baru
Mencari penggantimu
Aku ingin merasakan sekali lagi getaran itu
Getaran yang aku cintai
Aku ingin menulis sebanyak-banyaknya puisi
Karena orang yang aku cintai
Wajah-wajah baru, aku mencoba memilih salah satu
Dan menerimanya masuk ke dalam hatiku
Menyusun mozaik berbeda dengan sebelumnya, mozaik wajahmu
Itu sebabnya sketsa-sketsa puisi itu lahir, dengan berbagai wajah
Yang aku harap, salah satunya adalah getaran yang aku cintai
...
Namun ketika senandung yang sama mengiringi perjalanan
Langkah yang aku rasa sudah jauh ini, selalu ingin kembali
Ada bingkai yang harus kuselesaikan
Ada rasa yang tertinggal
Ada getaran yang aku rindui
Setiap waktu
Meski aku sudah berusaha
Untuk pergi
Untuk menjauh
Untuk mencari sesuatu yang baru
Aku selalu saja mengingat satu titik
Di mana hidup begitu murni
Dan itu dirimu
...
Membuat sketsa puisi tanpamu akan selalu terasa ganjil
Seperti senja yang hujan
Seperti malam yang mendung
Seperti pagi tanpa bunga
Aku seperti menulis sesuatu yang bukan diriku
Sesuatu yang bukan keinginanku
Sebab aku akan selamanya memilihmu
Meskipun pada akhirnya aku kalah
Meski kini aku kehilangan jejakmu
Tak tahu apa-apa tentang harimu
Tentang hatimu
Yang entah ada siapa di sana
Walau aku masih berharap itu aku.
...
Seperti lagu yang kehilangan jiwa
Seperti lukisan yang kehilangan nyawa
Puisi-puisiku tanpa ibu, tanpamu
Kesejatian adalah air yang mengalir tanpa takut apa,
Adalah api yang menyala tanpa takut apa,
Adalah ketulusan yang tumbuh tanpa apa,
Sebab hati tidak akan memilih frekuensi yang salah
Getaran cinta dengan segala umpama
Satu mozaik dengan wajah yang sama
Itu akan selalu kamu

🍃Fadly Fahry S. Wally
🎨1 Juni 2020

Komentar

Postingan Populer