Terima Kasih tapi...Maaf

 
Ilustrasi @chairilmudaediting

Terima kasih:
Pernah ada
Menjadi bagian dari diri
Menjadi setengah dari hati
Menjadi sahabat romantis
Menjadi menit-menit waktu
Menjadi pikiran di kepala
Menjadi ukiran di dada
Menjadi puisi terindah
Puisi-puisi paling subur dari tanah jiwa
Menjadi ratusan sajak tanpa spasi
Menjadi senyum paling dingin
Menjadi suara paling damai
Menjadi “kamu-nya” aku.
Tapi
Maaf:
Akan tetap ada
Tak bisa dipudari
Tak bisa terganti
Tak akan terhapusi
Adalah menit-menit waktu, paling berharga
Menjadi imaji paling istimewa
Tetap berada di dada
Puisi terindah
Puisi-puisi yang kelak memprasasti
Menjadi sajak tanpa spasi, tanpa henti
Senyum paling nyaman
Suara paling damai
Menjadi kepunyaanku, entah nanti
Maaf:
Sudah jatuh cinta berulangkali
Tak mundur, tak pupus, tak layu
Terus tumbuh menjadi sari, entah di hatimu
Memuisikanmu, meski sukar kau pahami
Diam-diam memupuk rasa, sendiri
Diam-diam menaruh harap, padamu
Sembunyi-sembunyi merindukanmu, sepanjang hari
Mengekalkanmu dalam sajak-sajak sunyi, sajak paling sunyi
Mengintaimu tanpa kau tahu
Menjadikanmu mimpi-mimpi di malam
Menjadikanmu embun di pagi
Menjadikanmu keseharian, kesendirian
Maaf:
Sudah keras kepala
Tak goyah meski gadis-gadis kecil menjajakkan cincin
Tak berbalik arah mencari yang lain
Tak padam gelora rasa di dada
Mencintaimu dengan berani
Lalu melihatmu sembunyi-sembunyi
Mengubah kecut menjadi puisi
Menggubah lagu menjadi harmoni, pengingatmu
Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
Maaf:
Selalu lancang mengingatmu
Menanam ribuan butiran rindu
Linang air mata membumi ̶  menyirami
Tak surut angan
Tak pudar hasrat
Tak putus harap
Menjadikanmu doa
Menjadikanmu dermaga sandaran jiwa, meski entah kau terima
Merapalkan jemari, mengaminkan tiap kata
Maaf:
Aku mencintaimu di luar batas kemampuanmu menerimaku.

(2 Agustus 2016)
Fadly Fahry S. Wally

Komentar

Postingan Populer