Terima Kasih tapi...Maaf
Terima kasih:
Pernah ada
Menjadi bagian dari diri
Menjadi setengah dari hati
Menjadi sahabat romantis
Menjadi menit-menit waktu
Menjadi pikiran di kepala
Menjadi ukiran di dada
Menjadi puisi terindah
Puisi-puisi paling subur dari tanah jiwa
Menjadi ratusan sajak tanpa spasi
Menjadi senyum paling dingin
Menjadi suara paling damai
Menjadi “kamu-nya” aku.
Tapi
Maaf:
Akan tetap ada
Tak bisa dipudari
Tak bisa terganti
Tak akan terhapusi
Adalah menit-menit waktu, paling berharga
Menjadi imaji paling istimewa
Tetap berada di dada
Puisi terindah
Puisi-puisi yang kelak memprasasti
Menjadi sajak tanpa spasi, tanpa henti
Senyum paling nyaman
Suara paling damai
Menjadi kepunyaanku, entah nanti
Akan tetap ada
Tak bisa dipudari
Tak bisa terganti
Tak akan terhapusi
Adalah menit-menit waktu, paling berharga
Menjadi imaji paling istimewa
Tetap berada di dada
Puisi terindah
Puisi-puisi yang kelak memprasasti
Menjadi sajak tanpa spasi, tanpa henti
Senyum paling nyaman
Suara paling damai
Menjadi kepunyaanku, entah nanti
Maaf:
Sudah jatuh cinta berulangkali
Tak mundur, tak pupus, tak layu
Terus tumbuh menjadi sari, entah di hatimu
Memuisikanmu, meski sukar kau pahami
Diam-diam memupuk rasa, sendiri
Diam-diam menaruh harap, padamu
Sembunyi-sembunyi merindukanmu, sepanjang hari
Mengekalkanmu dalam sajak-sajak sunyi, sajak paling sunyi
Mengintaimu tanpa kau tahu
Menjadikanmu mimpi-mimpi di malam
Menjadikanmu embun di pagi
Menjadikanmu keseharian, kesendirian
Sudah jatuh cinta berulangkali
Tak mundur, tak pupus, tak layu
Terus tumbuh menjadi sari, entah di hatimu
Memuisikanmu, meski sukar kau pahami
Diam-diam memupuk rasa, sendiri
Diam-diam menaruh harap, padamu
Sembunyi-sembunyi merindukanmu, sepanjang hari
Mengekalkanmu dalam sajak-sajak sunyi, sajak paling sunyi
Mengintaimu tanpa kau tahu
Menjadikanmu mimpi-mimpi di malam
Menjadikanmu embun di pagi
Menjadikanmu keseharian, kesendirian
Maaf:
Sudah keras kepala
Tak goyah meski gadis-gadis kecil menjajakkan cincin
Tak berbalik arah mencari yang lain
Tak padam gelora rasa di dada
Mencintaimu dengan berani
Lalu melihatmu sembunyi-sembunyi
Mengubah kecut menjadi puisi
Menggubah lagu menjadi harmoni, pengingatmu
Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
Sudah keras kepala
Tak goyah meski gadis-gadis kecil menjajakkan cincin
Tak berbalik arah mencari yang lain
Tak padam gelora rasa di dada
Mencintaimu dengan berani
Lalu melihatmu sembunyi-sembunyi
Mengubah kecut menjadi puisi
Menggubah lagu menjadi harmoni, pengingatmu
Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
Maaf:
Selalu lancang mengingatmu
Menanam ribuan butiran rindu
Linang air mata membumi ̶ menyirami
Tak surut angan
Tak pudar hasrat
Tak putus harap
Menjadikanmu doa
Menjadikanmu dermaga sandaran jiwa, meski entah kau terima
Merapalkan jemari, mengaminkan tiap kata
Selalu lancang mengingatmu
Menanam ribuan butiran rindu
Linang air mata membumi ̶ menyirami
Tak surut angan
Tak pudar hasrat
Tak putus harap
Menjadikanmu doa
Menjadikanmu dermaga sandaran jiwa, meski entah kau terima
Merapalkan jemari, mengaminkan tiap kata
Maaf:
Aku mencintaimu di luar batas kemampuanmu menerimaku.
Aku mencintaimu di luar batas kemampuanmu menerimaku.
(2 Agustus 2016)
Fadly Fahry S. Wally
Fadly Fahry S. Wally
Komentar
Posting Komentar