RINTIHAN SENDU SANG SEPI
Fadly Fahry S. Wally
12 Oktober 2010
Kutatap hidup
ibarat jalan yang tiada berujung
dari awalnya yang nyaris redup
hingga perjedaannya pun,
tak tahu ku rasanya sepintas nikmat menggaung
dari segala takdir yang terjalani
dari segala sepi yang menghantui nurani
Kurintih sayupnya sebuah naluri abadi
antara sahabat, dunia, dan cinta yang sudi
tentang sunyinya senandung di siang hari
bertemankan gerimis tiada mentari menyinari
Ketika ku harus kehilangan sahabat
waktu terlewati dengan semakin lambat
ku tenggelam dalam duka yang luar biasa menyayat
kisah pilu itu kekal di memori yang kusebut hikayat
Ini dunia
tempat yang kuanggap bukan untuk sekedar ceria
dan kubilang tak pernah hilang yang namanya sia-sia
ini dunia
bukan surga,
hanya bah neraka
yang menggunduli tiap jengkal usang jelata
Ku hidup dan mati di sini
ku tersenyum, ku menangis di sini
ini rintihku tentang dunia
tempat yang harusnya kurasa bahagia
tapi mengapa?
ku selalu kelam hingga terus ku berkata kenapa
ini dunia yang buatku hilang menyepi
tak pernah henti kualiri air mata di pipi
ini dunia
tempat besar yang kosong bagiku
ini dunia
tapi mengapa hanya ada sepi untukku?
Di uraian manis yang sempat ingin kukecup
meski sesekali batinku terlalu gugup
untuknya, sang peri cinta yang menatapnya saja ku tak sanggup
aku lelaki lugu
yang tidak mengerti rasanya cinta
bahkan kuungkapkan rindu
hanya sebatas pinta
yang mustahil tergapai dengan jiwa yang tertampak padam gulita
Kuingin sentuh rasanya kasih
tapi aku pun tak tahu apa artinya lirih?
sulit, sulit yang begitu pelik
ini romansa yang terbilang unik
Kurenungi hidup
jauh dari segala yang ku sanggup
mati di sepi
pedih di nasib
Sahabat, cinta, dan dunia
terintih sebagai keluh yang bisu
ini sepi yang kaku
ini sendu yang lekang di waktu
Komentar
Posting Komentar