Stand by Me
Menulis adalah pembebasan, segala yang terkungkung harus lepas tanpa mengapa. Sebab kata-kata adalah jiwa, yang hanya hidup tanpa belenggu apa.
Ingin ku berkata stand by me Doraemon. Akan kurindukan hari ini sebab aku ingin begini, aku ingin begitu, untuk masa depan yang masih teka-teki di kepalaku.
Tengah malam antara Juni-Juli, ada yang terbenam ada yang menjelang. Meski kemarin hilang, rasa penasaran berangan di jendela esok hari. Apa warna pagi? Backsound-nya apa? Temu siapa? Hal apa gerangan? Bagaimana alurnya tertata? Tanya ada berapa? Iya, ada berapa
Doraemon, di kantong ajaibmu ingin aku titipkan berlembar naskah hidup untuk dibukukan dan dibacakan di tahun-tahun aku pelupa, atau aku tak ada. Teruntuk Shizuka, Giant, Soneo, siapa saja yang mengambil peran. Kelak, dengan mesin waktu dan pintu ke mana saja akan kutamui sekali lagi. Rindu akan mengisi kisi-kisi suatu saat, tentu saja. Sudah itu, mari terbang bebas di angkasa. Sudah setua apa baling-baling bambu?
Memang aku bodoh dan ceroboh, begitu pula dalam sajak ini. Sajak yang sekali lagi, atau mungkin tak pernah terjamah bunga matahari.
Hidup bergerak ke depan, nasib berotasi, penyair sunyi. Puisi abadi.
Tangkapan layar Stand by Me Doraemon (1)Fadly Fahry S. Wally
Ambon, pertengahan tahun 2021.
Komentar
Posting Komentar