Biru Laut Bercerita
Sebuah saduran
Dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori.
Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya...
Tak cuma luka yang memberiku isyarat untuk bangkit
Setelah tertunduk menjerit pada setruman si tangan besi
Berkali-kali tubuhku dihantam tinju
Belum lagi sepatu lars yang mematahkan satu per satu tulangku
Aku tahu, aku berada di antara kematian
Tidak ada tawaran untuk hidup
Setelah mata diikat, mulut disumpal, tangan dan kaki diborgol
Memang realitas tidak pernah adil dalam orde manapun
Ide-ide harus menempuh jalan berliku, dunia bawah tanah
Sementara kebejatan selalu menang dan diterima tanpa apa
Darah memang penuh di kulitku
Tapi alasan untuk mati tidak sebanding geliat untuk melihat esok
Aku harus memastikan putra-putri sang fajar tumbuh dengan tenang
Kita memang harus berkelahi, saling menampar dengan keras, bukan saja dalam kata, juga dalam cinta
Mereka itu tak pernah mau membaca, apalagi berpikir, makanya satu-satunya yang mereka kenal adalah cara kekerasan yang diajarkan untuk membungkam siapa saja yang menolak menjadi robot
Realitas memang tidak pernah adil dalam orde manapun
Dan lagi, keadilan adalah kata yang diperkosa di ruang-ruang peradilan
Mudah saja memutarbalikkan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk
Yang punya kuasa yang mengendalikan tongkat sihir, mengutuk merpati-merpati yang terbang berhilir menyebar cinta dan kasih
Aku, meski mati sekalipun, ruhku akan bergentayangan
Putra-putri sang fajar mesti subur
Tumbuh dengan layak, merobohkan istana si penyihir
Tidak ada alasan untuk menerima pembungkaman berkali-kali
Mulut harus bicara
Kaki dan tangan yang terikat, mata yang terus menatap hitam penculikan, gelap buta,
Situasi kelak berganti
Hantu-hantu demokrasi, di kota dan di laut
Bila aku mati sekalipun, ruhku akan bergentayangan, api merah tidak akan padam, ia abadi
Tak cuma luka yang memberiku isyarat untuk bangkit
Merpati-merpati terbang menyatukan formasi di kepala
Aku tahu malaikat tidak membunuh siapapun juga, aku tahu yang baik dan yang benar selamanya akan selalu seperti itu
Kematian datang bagi mereka yang gelap matahati
Kematian hanya datang bagi mereka yang gelap matahati.
✒Fadly Fahry S. Wally
🌿Ambon, 17 April 2020
Dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori.
Kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya...
Tak cuma luka yang memberiku isyarat untuk bangkit
Setelah tertunduk menjerit pada setruman si tangan besi
Berkali-kali tubuhku dihantam tinju
Belum lagi sepatu lars yang mematahkan satu per satu tulangku
Aku tahu, aku berada di antara kematian
Tidak ada tawaran untuk hidup
Setelah mata diikat, mulut disumpal, tangan dan kaki diborgol
Memang realitas tidak pernah adil dalam orde manapun
Ide-ide harus menempuh jalan berliku, dunia bawah tanah
Sementara kebejatan selalu menang dan diterima tanpa apa
Darah memang penuh di kulitku
Tapi alasan untuk mati tidak sebanding geliat untuk melihat esok
Aku harus memastikan putra-putri sang fajar tumbuh dengan tenang
Kita memang harus berkelahi, saling menampar dengan keras, bukan saja dalam kata, juga dalam cinta
Mereka itu tak pernah mau membaca, apalagi berpikir, makanya satu-satunya yang mereka kenal adalah cara kekerasan yang diajarkan untuk membungkam siapa saja yang menolak menjadi robot
Realitas memang tidak pernah adil dalam orde manapun
Dan lagi, keadilan adalah kata yang diperkosa di ruang-ruang peradilan
Mudah saja memutarbalikkan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk
Yang punya kuasa yang mengendalikan tongkat sihir, mengutuk merpati-merpati yang terbang berhilir menyebar cinta dan kasih
Aku, meski mati sekalipun, ruhku akan bergentayangan
Putra-putri sang fajar mesti subur
Tumbuh dengan layak, merobohkan istana si penyihir
Tidak ada alasan untuk menerima pembungkaman berkali-kali
Mulut harus bicara
Kaki dan tangan yang terikat, mata yang terus menatap hitam penculikan, gelap buta,
Situasi kelak berganti
Hantu-hantu demokrasi, di kota dan di laut
Bila aku mati sekalipun, ruhku akan bergentayangan, api merah tidak akan padam, ia abadi
Tak cuma luka yang memberiku isyarat untuk bangkit
Merpati-merpati terbang menyatukan formasi di kepala
Aku tahu malaikat tidak membunuh siapapun juga, aku tahu yang baik dan yang benar selamanya akan selalu seperti itu
Kematian datang bagi mereka yang gelap matahati
Kematian hanya datang bagi mereka yang gelap matahati.
✒Fadly Fahry S. Wally
🌿Ambon, 17 April 2020
Komentar
Posting Komentar