SATIR 2019
Sebuah Puisi
Ilustrasi pribadi: @sastragrafi19 (Instagram)
Ketika kulihat Ibu Pertiwi dan ia balik menatapku, seakan kami bercerita
lewat sorot mata yang terhubung ke dalam jiwa, tentang airmatanya yang tertahan
dan lidahku yang gugurp tanpa kata, bahwa Indonesia butuh Cinta bukan debat
tanpa makna.
Lalu hujan turun di bumi yang mulai lelah dengan bangunan
bertingkat-tingkat, juga tanah yang kehilangan nafas. Air mencekik kerah
lautan, daratan bersimbah luka.
Ketika kulihat Ibu Pertiwi dan ia balik menatapku, sementara ramai-ramai orang
bertikai, tak sesuatu pun berisi, hingar di telinga dari pagi ke pagi, sedang
malam bercumbu di kamar-kamar hotel seharga puluhan juta.
Lalu langit gemuruh cahaya berulah. Awan-awan perisai melilit kapal udara,
yang hilang. Petir jatuh di sawah, panen yang gagal. Udara tanpa oksigen sejak
mobil buatan dalam negeri jadi Hoax satu periode pemerintahan.
Ibu Pertiwi, demi Tuhan, keyakinan pun dicabik-cabik prahara.
Makassar, 31 Januari 2019.
Fadly Fahry S. Wally
Komentar
Posting Komentar